Langsung ke konten utama

Penyakit yang disebabkan Arthropoda


Untuk mendukung agar blog ini dapat terus memberikan informasi yang anda butuhkan,anda dapat membantu kami dengan mengklik iklan atau mengklik close pada iklan yang ada diblog ini. terimakasih
A.       LATAR BELAKANG
Mikroba terdapat hampir di semua tempat di udara mulai dari permukaan tanah sampai pada lapisan atmosfir yang paling tinggi. Di laut terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air sungai, selokan, kolam atau air sawah. Mikroba terdapat di tempat di mana manusia hidup. Terdapat di udara yang kita hirup, pada makanan yang kitamakan, juga terdapat pada permukaan kulit, pada jari tangan, pada rambut, dalam rongga mulut, usus, dalam saluran pernafasan dan pada seluruh permukaan tubuh yang terbuka dan dianggap sebagai flora normal.
Bakteri yang hidup bebas di alam sangat mudah untuk berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Perpindahan tersebut melalui berbagai macam perantara seperti air, udara dan benda-benda padat. Perpindahan tersebut dapat menyebabkan bakteri menempel pada benda-benda apa saja, sehingga dengan mudah benda-benda mati ataupun mahluk hidup lainnya dapat terkontaminasi bakteri dan bahkan bakteri tersebut dapat merusak atau menginfeksi apa yang ditempatinya.
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya dan kerusakan. Hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman, menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian. Mikroorganisme pun dapat mencemari makanan dan menimbulkan perubahan-perubahan kimiawi di dalamnya, membuat makanan tersebut tidak dapat dimakan atau bahkan beracun. Kerusakan yang ditimbulkan juga dapat terjadi pada berbagai bahan seperti kain (tekstil), kulit; struktur berkayu seperti pilar jembatan, rumah-rumah, instalasi listrik yang terbuat dari plastik serta bahan-bahan organik lainnya bahkan pula bahan bakar jet.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.         Bagaimana Artropoda sebagai inang dan sebagai vektor mikrobe ?
2.         Bagaiman Atrhopoda sebagai vektor biologis ?
3.         Apa saja jenis penyakit utama pada manusia yang disebabkan oleh Protozoa, Bakteri dan Virus ?

C.       TUJUAN
1.         Mengetahui Artropoda sebagai inang dan sebagai vektor mikrobe
2.         Mengetahui Atrhopoda sebagai vektor biologis
3.         Mengetahui jenis penyakit utama pada manusia yang disebabkan oleh Protozoa, Bakteri dan Virus




















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Penyakit asal arthropoda
Penularan ini dapat terjadi secara biologik (langsung) dan mekanik (tidak langsung).
1)      Penularan Penyakit Secara Langsung
Penularan ini disebut juga Biological Transmission. Bila di dalam arthropoda mikroorganisme penyebab penyakit mengalami perubahan bentuk  atau jumlah atau sifatnya di dalam tubuh arthropoda, maka arthropoda bertindak sebagai vektor penyakit secara biologi.
Terdapat 4 jenis penularan, yaitu :
(a)    Propagative, hama penyakit berkembang biak dengan jalan membagi diri tanpa siklus, contoh : penyakit DBD ditularkan nyamuk Aedes aegepty yang terdapat sporozit(mikroorganisme) di dalamnya.
(b)   Cyclo Propagative, hama penyakit berkembang biak selain dengan cara membagi diri juga mengalami siklus hidup, contoh : nyamuk Anopheles sebagai vektor penyakit malaria.
(c)    Development, Hama penyakit berkembang dengan cara membesar tanpa membagi-bagi diri, contoh : nyamuk Culex membawa cacing filaria sebagai vektor penyakit filariasis.
(d)   Hereditaria, Hama penyakit ditularkan kepada penderita lain dengan melalui telurnya
2)       Penyakit yang ditimbulkan secara mekanik
Secara mekanik, penularan dapat ditimbulkan melalui kaki, muntahan, ludah atau bagian tubuh yang nampak dari arthropoda dsb , contoh : bakteri penyebab penyakit Thypus Abdominalis, bakteri penyebab penyakit kolera, dan bakteri e. coli penyebab penyakit disentri.



Golongan penyakit berdasarkan faktor kehidupannya
1)      Penyakit dengan 2 faktor kehidupan (manusia-athropoda), keadaan ini disebut penyakit yang diakibatkan oleh pengaruh langsung arthropoda terhadap manusia, contoh miyasis.
2)      Penyakit dengan 3 faktor kehidupan (manusia-arthropoda vektor-kuman(mikroorganisme lainnya)), keadaan ini merupakan gambaran umum penyakit pada dasarnya merupakan tuan rumah dan arthropoda sebagai vektor bagi kuman, contoh : penyakit DBD.
3)      Penyakit dengan 4 faktor kehidupan (manusia-arthropodavektor-kuman-reservoir), keadaan penyakit ini disebut dengan zoonosis yaitu penyakit yang pada awalnya ditularkan kepada hewan selain arthropoda dan kemudian dapat ditularkan kepada manusia.  demam kuning (yellow fever) yang asal mulanya ditularkan pada kera dimana penyakit ini vektornya nyamuk Aedes aegepty

Cara bibit Penyakit masuk ke dalam tubuh manusia
Adapun cara bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia, diantaranya:
1.      Bibit penyakit masuk melalui sekresi dan kelenjar saliva (ludah) pada waktu menggigit.
2.      Bibit penyakit dapat masuk dari muntahan isi perut (abdomen).
3.       Bibit penyakit dapat masuk melaui/berasal dari kotoran dan masuk melalui luka pada waktu menggaruk.
4.      Bibit penyakit dapat masuk melalui serangga yang tergaruk pada waktu menggigit.
Pengaruh arthropoda yang dapat menimbulkan penyakit seperti yang dijelaskan di atas, maka kita perlu mengetahui jenis-jenis arthropoda yang dapat mengakibatkan hal tersebut lewat identifikasi ciri-ciri, morfologi dan bibit penyakit yang dibawa oleh arthropoda yang meliputi, kecoak, lalat, nyamuk, kutu dan pinjal. Selain itu, vektor hanya dapat membawa bibit penyakit (protozoa, bakteri, cacing dsb) jika kualitas lingkungan kurang/ tidak sehat, maka dalam aplikasinya lingkungan hidup perlu disehatkan oleh manusia.
Contoh arthropoda penyebab penyakit
1.      Nyamuk
Nyamuk termasuk dalam kelas insekta (hexapoda) dan ordo diphtera. Kelas ini disebut kelas hexapoda karena mempunyai 6 kaki. Pada prinsipnya morfologi dan susunan tubuh kelas insekta ini sesuai dengan ciri-ciri umum dari filum arthropoda yaitu kepala, toraks, abdomen dengan bagian tubuhnya mempunyai batas batas yang jelas. Contoh nyamuk aedes aegypti, anopheles, culex dan mansonia. Adapun ciri-ciri nyamuk tersebut sebagai berikut :
Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti:
1.      Bentuk tubuh kecil dan dibagian abdomen terdapat bintik-bintik serta berwarna hitam.
2.      Tidak membentuk sudut 90º
3.      Penyebaran penyakitnya yaitu pagi atau sore
4.      Hidup di air bersih serta ditempat-tempat lain yaitu kaleng-kaleng bekas yang bisa menampung air hujan
5.      Penularan penyakit dengan cara membagi diri.
6.      Menyebabkan penyakit DBD
Ciri-ciri nyamuk Culex:
1.      Palpi lebih pendek dari pada probocis.
2.      Bentuk sayap simetris.
3.      Berkembang biak di tempat kotor atau di rawa-rawa.
4.      Penularan penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya.
5.      Menyebabkan penyakit filariasis
6.      Warna tubuhnya coklat



Ciri-ciri nyamuk Mansonia:
1.      Pada saat hinggap tidak membentuk sudut 90º
2.      Bentuk tubuh besar dan panjang
3.      Bentuk sayap asimetris.
4.      Menyebabkan penyakit filariasis
5.      Penularan penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya.
6.      Warna tubuhnya coklat kehitaman
Ciri-ciri nyamuk anopheles
1.      Bentuk tubuh kecil dan pendek
2.      Antara palpi dan proboscis sama panjang
3.      Menyebabkan penyakit malaria
4.      Pada saat hinggap membentu sudut  90º
5.      Warna tubunya coklat kehitam
6.      Bentuk sayap simetris
7.      Berkembang biak di air kotor atau tumpukan sampah
8.      Penularan penyakit dengan membagi diri

2.     Lalat
Sama halnya dengan  nyamuk, lalat juga berasal ordo diphtera dan kelasnya myriapoda. Lalat terbagi menjadi dua macam, yaitu lalat yang menghisap darah dan yang tidak menghisap darah.Lalat yang menghisap darah. Jika menghisap darah hewan disebut zoopilik dan menghisap darah manusia disebut antropilik. Lalat yang tergolong penghisap darah (zoopilik ataupun antropilik), diantaranya :
a.       Culicoides
Lalat ini bersifat diurnal (makan pada siang atau pagi hari), lalat ini juga menghisap darah hewan (zoopilik). Tempat berkembang biak (breeding place) di genangan air atau di aliran air tenang. Larvanya mempunyai ciri-ciri : berbentuk cacing, toraks 3 segmen dan abdomen 9 segmen. Saat dewasa mirip nyamuk kecil, sayap berbulu halus, kadanga-kadang berbintik warna-warni, antena terdiri dari 14 segmen , dan palpus mempunyai 5 segmen.

b.      Phlebotomus
Lalat ini disebut juga lalat pasir, termasuk antopilik dan zoopilik, tempat bersarang tidak di air melainkan di batu, dinding rusak, kandang hewan dan lainnya. Saat dewasa mempunyai ciri-ciri : tubuh sanat kecil, dapat menembus kasa, kaki, sayap dan badannya tertutup bulu-bulu panjang. Penyakit-penyakit yang ditularkan :
·         Phlebotomus fever yang disebabkan oleh virus yang dibawanya.
·         Bartonellosis (Carrion’s disease) yang disebabkan oleh Nartonellla bacilliformis
·         Leishmaniasis tropica
Lalat yang tidak menghisap darah.  Dalam prakteknya diamati lalat yang tidak menghisap darah diantaranya: lalat rumah (Musca domestica), lalat daging (Sarcophagidae) dan lalat hijau (Chrysomyia). Dan juga terdapat macam lalat lainnya diantaranya: Lucilia sp, Calliphora sp, musca sorbens, dsb.
1.      Musca sp
Musca merupakan vektor mekanik yang baik dari berbagai macam  penyakit oleh karena ia mempunyai sifat yang buruk yaitu menyukai daerah mata dan daerah sekitarnya sehingga ia mudah menularkan trachoma dan konjubgtivitas. Adapun jenis Musca sp (lalat rumah), diantaranya :
a.      Musca domestica
Dalam prakteknya yang diamati adalah Musca domestica. Lalat ini berwarna abu-abu kehitaman, mempunyai ukuran panjang 6 sampai 9 mm, dengan 4 garis gelap di punggung rambut. Musca domestica menyukai sisa-sisa organik misalnya : sampah dapur, kotoran manusia/hewan, sisa makanan dll. Tinja kuda sebagai tempat berkembang biaknya. Larva lalat rumah mempunyai tubuh yang terdiri dari 12 segmen, seekor induk lalat rumah akan menghasilkan telur sebanyak 120 butir setiap kali bertelur, semasa hidupnya yang dapat mencapai 3 bulan lamanya, seekor lalat betina dapat bertelur sebanyak 2400 kali dan dalam waktu 1 hari telur lalat sudah dapat menetas. Sesudah berganti kulit 3 kali dalam waktu 1 minggu ia akan berubah menjadi pupa, yang dalam waktu 3-6 hari tumbuh menjadi lalat dewasa. Pada umur 2 hari, lalat sudah mampu bertelur. Musca domestica snang memasuki rumah-rumah dan hinggap di alat-alat makan, sebelum makan ia selalu memuntahkan cairan dari mulutnya untuk mengencerkan makanannya, sesudah makan ia selalu buang air besar sehingga arthropoda ini menjadi penular utama penyakit-penyakit infeksi alat pencernaan, misalnya penyakit amubiasis, penyakit-penyakit bakteri usus, cacing usus dan infeksi virus, dan penyakit perut lainnya.
c.       Musca Sorbens
Sama halnya dengan Musca domestica karena lalat ini termasuk dalam satu jenis yaitu Musca sp. Dari daur hidup, tempat hinggap dsb seperti penjelasan tersebut pada Musca domestica mempunyai kesamaan antara keduanya hanya saja mereka menpunyai perbedaan dalam hal ukuran tubuh. Musca sorbens juga merupakan vektor penyakit patek (penyakit menular dimana terjadi kerusakan kulit), penyakit diare, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Balantidium coli dll.



d.      Chrysomia sp
Lalat ini berwarna hijau metalik. Lalat ini berukuran sedang dan sayap yang jernih dengan venasi yang jelas. Abdomennya mempunyai garis transversal Lalat yang menyukai luka-luka terbuka yang basah ini dapat menimbulkan miasis pada mata, tulang dan berbagai tempat lainnya.
e.       Lucilia sp
Lalat ini disebut juga lalat botol (green bottle flies) mempunyai tubuh yang berukuran sedang, berwarna hijau metalik kebiruan. Lalat ini meletakkan telurnya pada daging atau bangkai binatang, pada luka terbuka atau pada lubang-lubang yang berbau busuk. Lalat ini menimbulkan miasis kulit, miasis intestinal dan miasis urogenital.
f.       Calliphora
Lalat ini dikenal sebagai blue bottle flies oleh karena berwarna biru metalik, mempunyai ukuran tubuh yang besar. Lalat ini menyukai bangkai  hewan senagai tempat berkembang biak (breeding place), tetapi dapat menimbukan miasis pada kulit, miasis ontestinal, dan juga miasis urogenital.
g.       Sarcophagidae
Lalat ini berukuran 10-15 mm, umumnya berwarna abu-abu dan ada juga yang berwarna coklat kehitaman dengan bintik-bintik kunuing yang terdapat pada segmen abdomen. Di permukaan dorsal dari toraks terdapat garis longitudinal sedangkan pada permukaan dorsal dari abdomen terdapat gambaran yang mirip papan catur. Sarcophaga menyukai baik kotoran hewan maupun madu dari bunga. Lalat ini juga dapat menimbulkanb miasis kulit, miasis pada hidung dan sinus, miasis pada jaringan-jaringan, miasis pada vagina dan usus.


2.    Kecoa (Cockroach)
Kecoa menyenangi tempat-tempat yang kotor dan tempat-tempat dimana banyak/mudah terdapat makanan yang mereka gemari. Semua bahan organik digemarinya, makanan, sisa makanan, kertas, textil, wool, darah, excreta, sputum dan sebagainya. Kecoa mengalami metamorfosa sederhana(telur-nimfa1-nimfa2-kecoak) Kecoa sebagai vektor mekanis dari berbagai penyakit. Oleh karena tempat yang digemarinya merupakan bahan-bahan yang juga dikonsumsi oleh manusia maka akan berpengaruh bagi kesehatan dimana kecoa sebagai pembawa bibit penyakit yang terkontaminasi pada bahan-bahan tersebut. Ada empat  golongan kecoa yang erat hubungannya dengan manusia tersebut, yaitu :
a.       Blatta orientalis
b.      Kecoa ini terdapat di tempat-tempat sampah atau tempat-tempat lembab dan kotor. Kecoa ini kurang banyak hidup di dalam rumah, juga banyak ditemukan di taman dan bangunan-bangunan di luar rumah. Blatta orientalis berwarna hitam-coklat mempunyai panjang 2,5 cm. Blatta orientalis jantan mempunyai sayap yang pendek pada toraksnya sedangkan Blatta Orientalis betina tidak mempunyai sayap. Sesuai dengan habitatnya di tempat-tempat kotor, maka kecoa ini dapat menularkan penyakit seperti penyakit perut, cacingan dsb, juga menimbulkan bau tidak enak di hidung bila kita tidak tahan dengan kontraksi bisa saja menyebabkan muntah pada manusia karena habitatnya ini.
c.       Blatella germanica
Kecoa ini berwarna coklat muda dengan panjang 1,3 cm terdapat garis pada toraksnya. Kecoa  ini menyukai tempat-tempat lembab (kamar mandi, WC, tempat pencucian alat-alat dapur) dan di luar rumah seperti tempat-tempat sampah. Kecoa ini menghasilkan 5 sampai 30 butir yang terdapat di ooteka yang terletak pada batas antara toraks bawah dengan abdomen bagian atas. Pembuahannya terjadi di luar tubuh dengan suhu optimal dalam waktu 2 bulan bisa menjadi nimfa. Kecoa ini adalah binatang malam, hingga jumlah yang nampak pada siang hari kurang daripada populasi sebenarnya. Kecoa ini dapat menularkan penyakit, seperti gastroentritis, kolers, thypus.
d.      Supella Supellectillium
Kecoa ini juga berwarna coklat muda. Umumnya kecoa ini berukuran paling kecil 1,3 cm atau juga kurang dari ukuran tersebut, biasanya terdapat di tumpukan kayu. Supella Supellectillium dapat menjadi perantara dari cacing Hymenolepis diminuta sehingga dapat menyebabkan cacingan. Kecoa ini baik yang jantan maupun betina mempunyai sayap.
e.       Periplaneta americana
Kecoa ini berukuran paling besar dari golongan kecoa lainnya yaitu sekitar 3,8 cm, warnanya merah-coklat. Kecoa ini menyukai  tempat-tempat kotor, seperti WC atau tempat-tempat sampah di rumah-rumah dsb. Kecoa ini mempunyai sayap yang panjangnya menutupi toraks/seluruh tubuh bagian dorsalnya atau juga melebihi panjang tubuhnya. Lalat ini akan menimbulkan penyakit bila mengontaminasi makanan dan minuman karena bakteri yang dibawanya, seperti diare, disentri, thypus dsb.
f.       Tuma
Tuma adalah kutu yang terdapat pada manusia. Tuma bisa melakukan pembuahan sendiri tanpa perkawinan (partenogenesis). Kutu pada manusia terbagi 3, yaitu kutu kepala (Pediculus humanuscapitis), kutu badan (Pediculus humanuscorporis), dan kutu kemaluan (Pthirus pubis). Tuma merupakan ordo phtiraptera dengan ciri-ciri sebagai berikut :
·           Badan berwarna putih kelabu
·           Bentuk pipih memanjang
·           Kepala ovoid sedikit bersudut
·           Toraks dari kitin.
·           Abdomen terdiri atas 9 ruas.
·           Di kepala terdapat mata sederhana (bagian lateral).
·           Antena pendek terdiri atas 5 ruas.
·           Proboscis (alat penusuk) yang dapat memanjang.
·           Tiap ruas toraks terdapat sepasang kaki yang terdiri 5 ruas yang berakhir sebagai capit/kait.
·           Lubang kelamin di tengah dorsal.
Adapun saat praktek yang diamati adalah kutu kepala (Pediculus humanuscapitis).
a. Pediculus humanuscapitis
Kutu kepala berukuran 1-2 mm. Telur yang dihasilkannya paling banyak yaitu sekitar 300 butir. Kutu kepala sebagai parasit di kepala manusia, kutu ini mengisap darah di kepala sehingga merugikan kesehatan pada manusia karena dapat menyebabkan gatal, kekurangan darah(O2) pada otak sehingga dapat berpengaruh bagi kecerdasan otak. Dibandingkan kutu lainnya, kutu ini mudah ditemukan  walaupun pada zaman sekarang jarang adanya namun keberadaanya tidak begitu sulit dijangkau seperti kutu badan dan kutu kemaluan. Selain itu, kutu kepala masih umum menjadi parasit di kepala manusia sehingga saat praktek mengamati kutu ini.
b. Pediculus humanuscorporis
Kutu ini mempunyai panjang 2-4 mm. Kutu ini menghasilkan 140 butir telur. Kutu ini parasit pada badan, biasanya terdapat pada dada utamanya ditemukan pada dada yang berbulu. Seperti halnya kutu kepala kutu ini bersifat parasit uga menghisap darah.
c. Pthirus pubis
Kutu kemaluan mempunyai panjang 0,8-1,2 mm, kutu ini berukuran paling kecil dibandingkan kutu kepala dan kutu kemaluan. Kutu ini sangat jarang sekali ditemukan pada saat ini.  Kutu kemaluan mengasilkan telur 50 butir. Kutu ini juga sebagai parasit dan dapat berpindah/ menular lewat hubungan seksual.
d)  Pinjal
Pinjal adalah kutu pada hewan sama halnya dengan tuma yang merupakan kutu pada manusia, pinjal juga sebagai parasit. Secara umum, morfologi pinjal mempunyai tubuh pipih berukuran 1,5-4 mm, tidak bersayap, mulut tersembunyi (berfungsi untuk menusuk-mengisap, mempunyai kaki-kaki yang panjang dan kuat untuk meloncat, pada daerah dekat mata terdapat ocular bristle, mempunyai abdomendengan 10-12 segmen : pada segmen ke-8 atau ke-9 terdapat spermatheca (pinjal betina), sedangkan pada yang jantan , penis terdapat pada segmen abdomen ke-5 atau ke-6.  Juga terdapat comb (rambut seperti sisir) yang penting untuk differensiasi pinjal yang terdiri dari Genal comb di atas mulut dan thoracal comb yang terdapat di segmen pertama toraks.. Metamorfosa pada pinjal adalah metamorfosa sempurna. Adapun macam pinjal, diantaranya Ctenocephalides canis, Ctenocephalides felis, Pulex irritans, Xenopsylla cheopis (pinjal tikus), Nosopsyllus fasciatus. Walaupun pinjal ini parasit di tubuh hewan tapi pinjal ini juga sebagai vektor dari penyakit, yaitu :
  1. a. Pes (Pasteurella pestis) lewat gigitan yang dibawa oleh Xenopsylla cheopis dan Pulex irritans.
  2. Endemic typhus (Rickettsia mooseri) dibawa oleh Xenopsylla cheopis dan Nosopsyllus fasciatus.
Pinjal juga membawa bibit penyakit sebagai tuan rumah perantara/perantara/pembawa penyakit seperti Dipylidium caninum (cacing usus) dan Hymenolepis diminuta (cacing usus) yang keduanya dapat menimbulkan penyakit cacingan pada manusia. Pinjal yang telah diamati adalah pinjal kucing, pinjal ini biasanya terdapat pada kucing liar pada umumnya morfolgi pinjal sama namun hanya berbeda di letaknya dan ukuran serta habitatnya yang berbeda. Pinjal pada kucing dampak berdampak pada manusia dan kucing, jika pada manusia menyebabkan salah satunya cacingan dan pada kucing itu sendiri menyebabkan dermatitis dan anemia karena pada prinsipnya pinjal maupun tuma menghisap. Pada Pinjal kucing (Ctenocephalides felis) khususnya, diantaranya oculer bristle berada tidak di bawah mata atau tepat di mata, panjang dua kali tinggi dan penjelasan selanjutnya pada hasil praktikum yang tepatnya sesuai dengan prakteknya.
B.  Artropoda sebagai inang dan sebagai vektor mikrobe
Sebagian besar mikroorganisme yang menggunakan artropoda sebaai vektor telah dapat menyesuaikan diri sedemikian baik dengan inangnya sehingga tidak membahayakan serta tidak merusak jaringan. Dalam kasus-kasus seperti ini maka pemindahsebaran mikrobe ke manusia serta hewan terjadi secara kebetulan dan sering kali secara tidak sengaja menyebabkan terjadinya kelangsungan hidup spesies mikrobe yang bersangkutan.
Harus juga diingat bahwa ada banyak spesies mikroorganisme yang merupakan parasit normal pada artropoda dan belum diketahui apakah dapat dipindahsebarkan kepada manusia atau vertebrata lainnya.
Sebagai vektor mikroorganisme , artropoda dapat berfungsi semata-mata sebagai vektor mekanis sarana etilogis belaka. Lalat rumah, Musca domestica merupakan contoh klasik. Penyakit-penyakit yan dipindahsebarkan olehnya meiputi salmonelosis dan penyakit entrik lainnya, polio dan hepatitis yang menular.
Walupun demikian, pada kebanyakan penyakit yang dipindahsebarkan oleh arthropoda sebagai vektor biologis, dan perlu melewatkan masa inkubasi atau masa perkembangan didalam inang ini. Contoh-contoh penyakit macam ini dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah











Penyakit-penyakit utama pada manusia, yang disebabkan oleh protozoa dan ditularkan oleh artrhopoda sebagai vektor biologisnya
PENYAKIT
PENYEBAB PENYAKIT (PENYEBABAN GEOGRAFIS)
VEKTOR BIOLOGIS
HUBUNGAN ANTARA ARTROPODA-PATOGEN-MANUSI
Penyakit chagas
Trypaosoma cruzi (Daratan Amerika Latin)
Serngga berhidung seperti kerucut (Triatoma spp, Panstrongylus spp). Lalat tsetse (Glossina spp)
Patogen berkembangbiak didalam usus tengah serangga. Diinokulasikan kepada manusia lewat garukan pada kulit atau lewat selaput mata.
Tripanosomiasis afrika (Penyakit tidur)
Trypanosoma gambiense (Afrika barat dan tengah) T. Rhodesiense (Afrika Timur dan tengah)


Patogen berkembang biak diusus tengah dan kelenjar ludah lalat. Manusia dinokulasi lewat gigitan
Malaria
Plasmoium vivax, P.malariae, P.falciparum, P.ovale (Didaerah beriklim panas)
Nyamuk (Anopheles spp)
Patogen elengkapi daur seksualnya, lalu berkembang biak dengan sporogoni di dalam tubuh nyamuk. Manusia diinokulasi lewat gigitan
Leismaniasis
Leishmaniasis donovani (Cina, india, afrika, daerah mediterania, daratan amerika latin)
L.tropica (daerah mediterania samapi india bagian barat)
L.braziliensis (Meksiko sampai Argentina bagian utara)
Lalat tanah (Phlebotomus spp)
Patogen berkembang biak di dalam usus tengah lalat. Manusia diinokulasi lewat gigitan

Penyakit-penyakit utama pada manusia, yang disebabkan oleh bakteri dan ditularkan oleh artrhopoda sebagai vektor biologisnya
PENYAKIT
PENYEBAB PENYAKIT (PENYEBABAN GEOGRAFIS)
VEKTOR BIOLOGIS
HUBUNGAN ANTARA ARTROPOA-PATOGEN-MANUSI
Sampar
Yersinia pestis (aferika, asia, amerika selatan dan amerika serikat bagian barat)
Kutu (“flea”) binatang pengerat (Xenopsylla cheopis), kutu manusia (Pullex irritans)
Patogen berkembangbiak di dalam usus kutu. Manusia diinokulasi lewat gigitan

Tularemia
Francisella tularensis (Amerika utara, asia dan eropa)
Sengkenit atau “tick” (Dermacentor spp, Amblyomma spp, dll) Lalat kijang (Chrysops discalis)
Patogen berkembangbiak di dalam usus dan “hemocoele” (rongga badan yang dialiri darah). Penularan bawaan pada beberapa sengkenit. Manusia diinokulasi lewat gigitan atau kerena menghancurkan sengkenit
Demam bintik Rocky mountain
Rickettsia rickettsii (amerika utara, meksiko, kolombia dan brazilla)
Sengkenit atau “tick” (Dermacentor spp, Amblyomma spp, Orinthodoros spp, dan sebagainya)
Patogen berkembangbiak pada usus tengah sengkenit dipindahkan secara bawaan pada sengkenit. Manusia diinokulasi lewat gigitan
Tifus garukan (Scrub typhus)
Rickettsia tsutsugamushi (asia, australia dan pulau-pulau di pasifik)
Tungau merah (Trombicula spp)
Patogen berkembangbiak di dalam usus tungau, ditularkan secara bawaan pada tungau. Manusia diinokulasi lewat gigitan larva tungau
Cacar oleh riketsia
Rickettsia akari
Tungau tikus (Allodermonyssus sanguineus)
Patogen berkembangbiak di dalam usus tungau. Manusia diinokulasi lewat gigitan tungau
Demam tifus klasik
Rickettsia prowazekii (diseluruh dunia)
Kutu badan (Pediculus humanus)
Patogen berkembangbiak di epitel usus tengah kutu. Manusia diinfeksi lewat gigitan, tinja atau karena menghancurkan kutu di kulit








Penyakit-penyakit utama pada manusia, yang disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh artrhopoda sebagai vektor biologisnya
PENYAKIT
PENYEBAB PENYAKIT (PENYEBABAN GEOGRAFIS)
VEKTOR BIOLOGIS
HUBUNGAN ANTARA ARTRHOPOA-PATOGEN-MANUSI
Demam kuning
Virus demam kuning (Togavirus) (Afrika dan amerika selatan)
Nyamuk (Aedes spp, Haemagogus spp)
Patogen berkembangbiak di dalam jaringan nyamuk, manusia diinokulasi melalui gigitan.
Demam dangue
Virus demam dangue (Togavirus) (Asia selatan dan tenggara, pulau-pulau di pasifik, australia utara, yunani, kepualuan karibia, negeria dan amerika latin)
Nyamuk (Aedes spp, Armigeres obturbans)
Patogen berkembangbiak di dalam jaringan nyamuk, manusia diinokulasi melalui gigitan.
Radang otak kuda (“Equine encephaliti”)
Virus radang otak (berbagai famili arbovirus) (Amerika serikat timur, kanada, filipina, kuba dan amerika selatan)
Nyamuk (Aedes spp, Culex spp, Mansonia titillans)
Patogen berkembangbiak di dalam jaringan nyamuk, manusia diinokulasi melalui gigitan.
Demam kutu kolarado
Virus demam kutu kolorado (amerika serikat barat)
Kutu kayu (Dermacentor anderson)
Patogen berkembangbiak di dalam jaringan kutu, manusia diinokulasi melalui gigitan kutu

C.    Atrhopoda sebagai vektor biologis
Pada beberapa infeksi yang disebarkan oleh parasit (seperti oleh Tripanosoma), mikroorganisme patogeniknya melewatkan masa inkubasi dan berkembang di dalam rongga usus atau usus tengah atrhopoda. Pada infeksi yang disebabkan oleh Riketsia, patogennya menjadi suatu inkulasi intraselular pada hampir setisp organ dan jaringan tubuh atrhopoda. Pada Demam bintik Rocky Mountain dan “tifus garukan” (Scrub thypus), Riketsia dipindahsebarkan secara bawaan yaitu keturunan atrhopoda. Pada Malaria, protozoa penyebab penyakit itu melengkapi siklus seksualnya di dalam nyamuk Anophles betina, dengan akibat terbentuknya sporozoid. Virus asal atrhopoda biasanya berkembangbiak baik di dalam serangga yang menjadi vektornya dan karena itu harus mempunyai kemampuan khusus untuk berkembang baik dengan baik di dalam sel atrhpoda maupun di dalam sel vertebrata.
Dengan beberapa perkecualian, atrhopoda yang menularkan penyakit biasanya menelan mikroorganisme patogenik itu. Tetapi bagaimana mereka sesungguhnya menularkan penyakit itu berbeda-beda caranya. Mereka mungkin memperoleh patogen itu dari darah makananya yang berasal dari orang sakit dan kemudiah menaruhnya dalam bentuk tetesan yang dimuntahkan pada luka tusuk (seperti pada penyakit sampar), atau di dalam butiran tinja dekat luka tusuk (seperti pada tifus) yang dibuata pada kulit seseorang. Atrhopoda lain melepaskan patogen itu di dalam tetesan-tetetsan halus sekresi liurnya pada waktu menghisap darah (seperti pada malaria).
Beberapa jenis penyakit utama pada manusia yang disebabkan oleh Protozoa, Bakteri dan Virus
1.    Sampar
Penyakit pes adalah infeksi bakteri serius yang bisa mematikan. Terkadang disebut sebagai “black plague” (wabah hitam) atau penyakit sampar. Penyakit ini disebabkan oleh galur bakteri yang disebut Yersinia pestis. Bakteri yang sering ditemukan pada hewan dan biasanya ditularkan ke manusia melalui kutu.
Berdasarkan aspek klinis, sampar dapat dibedakan atas beberapa tipe yaitu tipe bubonik, septikemik, pneumonik, meningeal dan kutaneal. Gejala klinis yang paling umum adalah  pes (bulbonik), pneumonia dan septicemia.
a)    Sampar tipe bubonik
Gambar 1
Sampar tipe ini merupakan kasus yang terbanyak yaitu 3/4 penderita sampar ditandai adanya bulbo, yaitu limfadenitis atau infeksi pada kelenjar getah bening yang tampak besar dengan diameter 2-5 cm disertai adanya edema (pembengkakan) dan eritema (kemerahan) disekitarnya. Bubo ini sekitar 70% terdapat di daerah inguinal dan femoral, karena gigitan pinjal atau kutu lebih banyak terjadi di kaki. Pasien dengan bubo inguinal berjalan dengan pincang, dan anggota badan yang terkena mungkin dalam posisi fleksi, abduksi, dan rotasi eksternal. Pada anak-anak bubo dapat ditemukan di daerah axilla (ketiak) atau servikal. Bila terjadi supurasi, eksudat  berupa nanah berbau busuk yang mengandung  Y. pestis dapat mengalir keluar secara spontan setelah 1-2 minggu dan diikuti oleh proses resorbsi.
Masa inkubasi bervariasi tetapi biasanya berkisar 2-6 hari. Febris atau demam merupakan gejala awal dan suhu dapat mencapai lebih dari 41 derajat celcius, disertai takikardi (denyut nadi cepat), kelelahan ekstrim, kelemahan, gejala-gejala neurologis seperti konvulsi (kejang) sampai koma, gejala gastrointestinal berupa vomitus (muntah), konstipasi dan diare. Walaupun tipe bubonik pada umumnya menunjukan gejala-gejala berat tetapi ada juga kasus-kasus ringan yang disebut pestis minor. Jika sampar tipe ini tidak diobati, bakteri dapat menyebar melalui aliran darah menyebabkan septikemia atau dapat menginfeksi paru-paru, menyebabkan kasus pneumonia sekunder atau bisa juga berkembang menjadi meningitis. Komplikasi yang juga dapat menjadi sebab kematian adalah septikemia dengan gejala-gejala berat, pneumonia sekunder dengan sputum berdarah dan yang jarang ditemukan antara lain adalah kegagalan faal jantung.

b)   Sampar tipe septicemic
Sampar tipe Septicemia dijumpai pada pasien usia lanjut dan menyebabkan omset gejala yang cepat. Pada sampar tipe ini tidak terdapat adanya pembesaran kelenjar limfe dan gejala yang timbul akibat septikemia biasanya terjadi dalam waktu singkat berupa pucat, delirium atau stupor sampai koma. Penderita dapat meninggal dunia pada hari pertama sampai ketiga setelah timbulnya gejala febris atau demam. Kenaikan suhu badan hanya terjadi secara ringan. Penderita juga awalnya mengalami mual, muntah, sakit perut, dan diare. (Diare bisa menjadi gejala dominan.)
Septicemic plague jarang menular pada orang lain dan terjadi ketika bakteri memasuki aliran darah. Septicemia dapat menyebabkan koagulasi intravaskular diseminata, dan hampir selalu berakibat fatal tanpa pengobatan. Kematian akibat sampar tipe septicemia sangat tinggi dan biasanya berhubungan dengan Disseminated Intravascular Coagulasi (DIC), kegagalan multiorgan, dan hipotensi yang mendalam. Bakteri Y. perstis mempunyai kemampuan membentuk endotoksin. Hal ini juga dapat menimbulkan keadaan toksemia yang bila berat akan mengakibatkan Disseminated Intravascular Coagulasi (DIC) dengan ditemukan gejala pendarahan disaluran napas, saluran makan, saluran kencing serta dalam rongga-rongga badan. Bakteremia dan kematian akibat syok (hipotensi) terjadi pada 40-60% kasus yang tidak diobati. Wabah septicemia sering berkembang sekunder akibat dari sampar tipe bulbonik atau merupakan hasil dari invasi langsung bakteri melalui aliran darah tanpa keterlibatan kelenjar getah bening.
c)    Sampar tipe pneumonik
Masa inkubasi 1-3 hari. Sampar tipe pneumonia disebabkan karena terhirup langsung droplet infeksius melalui pernapasan atau aerosol, atau dengan penyebaran sekunder infeksi paru-paru dari sampar tipe septikemia yang menyebar lewat darah. Tipe ini umumnya diawali dengan gejala-gejala kelemahan badan, sakit kepala, vomitus (muntah), febris (demam) dan frustasi. Batuk, napas pendek, sesak, sakit pada dada disertai sputum yang produktif dan cair, berbeda dengan pneumonia lobaris yang mengeluarkan sputum kental dengan warna seperti karat. Gangguan kesadaran dapat timbul sejak awal, dan penderita dapat meninggal dunia pada hari ke4 dan ke 5.
Ini adalah penyakit plague yang paling berbahaya dibandingkan jenis lainnya, dimana sampar tipe pneumonia terjadi karena bakteri masuk ke paru-paru dan menyebabkan pneumonia. Jika Sampar tipe pneumotik tidak diobati maka penyakit berlanjut menjadi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) yang ditandai dengan dapat terjadinya edema paru refrakter. Tanda-tanda syok, termasuk hipotensi dan akhirnya kegagalan multi-organ, juga dapat terjadi. Tanpa deteksi dini dan pengobatan dalam waktu kurang dari 24 jam, sampar pneumonia akan berakibat fatal.
Gambar 2

d)   Sampar tipe meningial
Tipe ini merupakan komplikasi tipe bubonik dan sering dialami oleh anak-anak, biasanya merupakan sampar tipe bubonik yang terkena pada axilla yang terjadi pada hari ke 7 sampai ke 9. Bentuk sampar ini  terjadi ketika bakteri melewati sawar darah otak, menyebabkan meningitis atau radang selaput otak yang menular. Gejala-gejala seperti pada meningitis berupa keluhan sakit kepala, neck stiffnes dan tanda kernig positif. Dapat berlanjut dengan konvulsi dan koma. Dalam cairan lumbal dapat ditemukan Y.pestis.

e)    Sampar tipe kutaneal
Sampar tipe kutaneal disamping menimbulkan gejala-gejala papula, pustula, karbunkel juga adanya purpura yang dapat meluas menjadi nekrotik. Purpura adalah penyakit hemoragik yang ditandai dengan ekstravasasi darah (merembesnya darah dari pembuluh darah) ke dalam jaringan yang memproduksi ekimosis (memar) dan petechiae (bintik-bintik merah akibat pendarahan di dalam kulit) spontan. Purpura berkembang jadi nekrotik dan keadaan ini dapat berlanjut menjadi ganggren terutama di daerah tungkai dan menimbulkan warna kehitam-hitaman (black death). Gangren terjadi karena gumpalan darah di pembuluh darah kecil jari dan jari kaki dapat mengganggu aliran darah dan menyebabkan kematian jaringan sekitar. 
a.    Biologi Yersinia pestis
Description: Hasil gambar untuk Yersinia pestis
Gambar 3
Yersinia pestis ditemukan pada 1894 oleh Alexandre Yersin, seorang dokter Swiss/Perancis dan bakteriologis Institut Pasteur, pada saat epidemik plak di Hong Kong. Kitasato Shibasaburo, seorang bakteriologis Jepang yang belajar di Jerman juga menemukan agen plak. Namun, Yersin yang menyangkutkan plak dengan Y. pestis. Awalnya bakteri ini bernama Pasteurella pestis, namun diganti namanya pada 1967.
Yersinia pestis (sebelumnya adalah Pasteurella pestis) adalah coccobacillus berbentuk batang Gram negatif, tidak bergerak tanpa spora. Ini adalah organisme anaerobik fakultatif yang dapat menginfeksi manusia melalui kutu tikus oriental. Ini menyebabkan wabah penyakit, yang memakan tiga bentuk utama: penyakit pneumonia, septikemik, dan malapetaka.

b.    Sifat patogenesis sampar
Dengan dipakainya antibiotik, prognosis penyakit ini telah banyak berubah. Semula tipe bubonik angka kematianya mencapai 50-90%, sedangkan tipe pneumonik, septikemik dan meningeal hampir seluruhnya berakhir dengan kematian. Wabah dikabupaten boyolali pada tahun 1968-1970 mempunyai angka kematian masing-masing 42% dan 20%. besar kecilnya presentase tersebut tergantung pada kecepatan mendapatkan pertolongan atau pengobatan.

c.    Dagnosis laboratoris penyakit sampar
Diagnosis sampar atau pes/plague tergantung pada tingginya indeks kecurigaan.  Kemudahan diagnosis penyakit ini didasarkan pada sifat penularannya yang terkumpul disuatu tempat, kadang-kadang dipersulit oleh mobilitas penderita selama masa inkubasi. Jika diluar daerah endemis, perlu ditanyakan adanya riwayat perjalanan kedaerah endemik, terutama berkemah atau pernah kontak dengan hewan pengerat (tikus,dll). Angka fatalitas kasus lebih tinggi, pada penderita yang terdiagnosis diluar daerah endemik, mungkin karena salah diagnosis atau terlambat.
Selain pemeriksaan berdasarkan gejala-gejala klinis diatas, juga perlu pemeriksaan mikrobiologi, radiologis dan pemeriksaan lain. Febris atau demam dan limfadenitis (peradangan dan pembengkakan kelenjar getah bening) merupakan tanda-tanda utama sampar walaupun tidak patognomonik. Perjalanan klinis panas tidak bisa dibedakan dengan panas pada demam thyfoid, malaria dan ricketsiosis. Adanya bubo juga dapat mirip dengan limfadenitis yang disebabkan oleh kuman lain seperti sifilis, streptococcus atau stafilokokus. 
Diagnosis dapat dilakukan dengan mengambil atau aspirasi nodus limfe, darah, Sputum eksudat purulent atau kadang-kadang dari tinja atau bisa juga aspirasi cairan CSS untuk tipe sampar meningeal. Berdasarkan sediaan diatas harus diperiksa secara langsung dengan pewarnaan gram tampak batang gram negatif ( coccobacilli ) dan giemsa atau wayson untuk pewarnaan organisme bipolar dan harus dibiakan untuk Y.pestis. Uji serologi secara klinis tidak berguna dalam mendiagnosis penyakit akut. Secara serologis mengukur titer antibody akut dan konvelensi 2-4 minggu kemudian, walaupun tetap harus dipikirkan kemungkinnan adanya reaksi silang dengan salmonella, brucella dan escherrichia coli. Titer antibody yang kurang dari 1:160 dianggap tidak bermakna. Leukositosis dengan dominasi neutrofil dapat dijumpai, dan tingkat leukositosis sebanding dengan tingkat keparahan penyakit. Angka leukosit darah tepi antara 10.000-20.000 (N : 5.000 – 10.000) per mm3 dan pada kasus-kasus yang berat tidak jarang terdapat KID. Trombositopenia dengan degradasi fibrin mungkin meningkat. Serum transaminase dan kadar bilirubin juga meningkat. Apusan darah tepi menunjukkan granulasi toksik dan badan Dohle. Tes imunofluoresensi direc dapat dapat membantu dalam diagnosis cepat. Baru-baru ini sebuah tes diagnostik cepat yang baru dikembangkan dimana mampu mendeteksi bakteri Y.pestis dalam waktu 15 menit dengan sensitivitas 100% dan spesifisitas untuk spesies Yersenia.
Analisis Cairan cerebrospinal (CSF)  pada sampar tipe meningeal menunjukkan pleositosis dengan dominasi leukosit polimorfonuklear. Radiografi Thorak menunjukkan adanya infiltrat, konsolidasi, atau rongga persisten pada pasien dengan wabah pneumonia. EKG menunjukan takikardia sinus dan perubahan ST-T. Pencitraan nuklir dapat membantu melokalisasi daerah peradangan limfadenitis dan meningeal.

d.   Epidemiologi sampar
Terdapat fokus-fokus alam yang jauh dari tempat pemukiman penduduk di beberapa bagian benua seperti di Amerika selatan bagian barat, Amerika selatan, Afrika selatan, Cina daratan sampai disekitar laut kaspia dan beberapa tempat di Asia tenggara. Adanya penularan dari hewan reservoar kemanusia dapat terjadi bila orang memasuki daerah-daerah fokus alami atau sebaliknya karena ada hewan reservoar (hewan pengerat) yang memasuki daerah pemukiman penduduk.
Sejak tahun l980-1986 oleh WHO masih dilaporkan adanya kasus Sampar dari berbagai negara antara lain dari Asia Tenggara adalah Vietnam dan Burma. Rodent bome zoonosis (rodent: hewan pengerat) ini merupakan penyakit pada rodent yang ditularkan pada manusia dengan perantara pinjal atau kutu tikus (Rat flea), terutama di daerah tropis perantaranya adalah dari jenis Xenopsilla cheopis (oriental Rat flea) dan Ceratophyllus fasciatus untuk daerah iklim sedang. Di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara kutu carrier plague atau pes adalah Xenophylla astia.
Sebagian besar kasus wabah dilaporkan di luar Amerika Serikat berasal dari negara-negara berkembang di Afrika dan Asia. Selama 1990-1995, total 12.998 kasus wabah dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),  khususnya dari negara-negara seperti India, Zaire, Peru, Malawi, dan Mozambik. Negara-negara berikut dilaporkan lebih dari 100 kasus wabah: Cina, Kongo, India, Madagaskar, Mozambik, Myanmar, Peru, Tanzania, Uganda, Vietnam, dan Zimbabwe. Beberapa fokus terletak di daerah semi-kering timur laut Brazil, dan wabah juga telah dilaporkan dari Malawi dan Zambia. Australia adalah satu-satunya benua yang dianggap bebas dari wabah. Yang terbesar daerah wabah enzootic berada di Amerika Utara-Amerika Serikat barat daya dan daerah pesisir pasifik.
Risiko kematian terkait penyakit sampar atau pes tergantung pada jenis aspek klinisnya dan apakah individu yang terinfeksi menerima pengobatan yang tepat atau tidak. Ada beberapa aspek klinis penyakit sampar yaitu tipe bubonik, tipe septikemik, pneumonik, meningeal dan kutaneal. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, tanpa pandang jenis kelamin dan dilaporkan kebanyakan kasus terjadi pada orang yang lebih muda dari 20 tahun. Resiko tertular penyakit ini lebih besar pada mereka yang berpergian pada daerah endemi dengan tingkat sanitasi yang kurang dan populasi tikus tinggi, atau mereka dengan pekerjaan seperti kerja laboratorium, geologi, biologi atau mungkin lebih banyak berhubungan dengan hewan pengerat dan kutu yang terinfeksi. Pada beberapa kasus  wabah juga dapat menyebar di udara, melalui kontak langsung, atau terkontaminasi lewat bahan makanan.





e.    Pencegahan sampar
a.     Vaksinasi.
Antigen Y. pestis mempunyai struktur yang dapat dibedakan atas beberapa fraksi yaitu fraksi 1 (envelope substance), fraksi II,V,W,L dan beberapa lagi yang merupakan polisakarida yang spesifik. tersedia dalam bentuk inactivated vaccine  (Haffkines vaccine). Dosis untuk dewasa adalah 0,5 mL subkutan, diteruskan dengan 1ml setelah 10-28 hari kemudian dan untuk daerah-daerah endemik dapat diulang lagi 0,5 ml setiap enam bulan. Bentuk lain lebih lama, vaksinasi ini perlu diberikan untuk penduduk yang tinggal di daerah endemik, petugas laboratorium dan petugas perawatan.
b.     Isolasi
Setiap orang yang diduga menderita penyakit sampar harus diisolasi dengan ketat sampai terbukti bahwa yang bersangkutan bukan menderita sampar, terutama sampat tipe pneumotik yang dapat menular melalui udara pernapasan. Pasien denga tipe bubonik yang telah mengalami drainase harus dijaga agar pus yang kering tidak berhamburan karena banyak mengandung kuman. Juga para petugas perawat harus mendapat perlindungan terhadap penularan melalui pernapasan.
c.     Post-exposure prophylaxis (PEP)
Post-exposure prophylaxis ditunjukkan pada orang -orang yang memiliki resiko terpapar penyakit sampar, seperti kontak dekat dengan pasien wabah pneumonia atau kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi atau jaringan.








2.    Demam kuning
Description: Hasil gambar untuk demam kuning
Gambar 4
Demam kuning adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui perantara nyamuk. Umumnya terdapat di daerah Amerika Selatan, Afrika, dan Karibia. Nyamuk yang membawa virus di dalam tubuhnya ini kemudian menyebarkan ke penduduk di sekitar pengidap maupun turis yang sedang mengunjungi area itu hingga menyebabkan demam dan gangguan serius pada organ hati dan ginjal. Infeksi virus yang telah merambat ke organ hati turut mengganggu fungsi organ ini sehingga menyebabkan perubahan pada warna kulit menjadi menguning.
Demam kuning tidak menyebar melalui kontak biasa, seperti menyentuh atau mencium orang yang terinfeksi virus akan tetapi melalui gigitan nyamuk. Manusia terinfeksi Yellow Fever Virus mengalami tingkat tertinggi viremia dan menular ke nyamuk tak lama sebelum timbulnya demam dan untuk 3 - 5 hari setelah itu . Mengingat tingginya tingkat viremia dicapai pada manusia, transmisi melalui darah secara teoritis dapat terjadi melalui transfusi atau luka jarum suntik. 
Dikenal ada tiga siklus penularan yaitu tipe demam intermediet, tipe demam kuning urban (urban yellow fever) dan sylvatic yellow fever. 
a.         Tipe sylvatic  (jungle yellow fever) ini hanya terdapat pada hutan hujan tropis dan terjadi ketika nyamuk menggigit monyet terinfeksi virus yellow fever. Setelah terinfeksi, nyamuk ini biasanya akan menggigit monyet lain, namun dalam kasus tertentu, nyamuk ini bisa juga menggigit manusia, terutama manusia yang memasuki hutan. Sebagian besar infeksi terjadi pada pria muda yang bekerja di hutan (misalnya penebang kayu di hutan). Di Amerika siklus jungle yellow fever ditularkan antar kera oleh nyamuk genus Haemogogus dan Sabethes
b.         Type intermediet hanya ditemukan dipadang sabanah Afrika. Infeksi bisa terjadi pada monyet dan host manusia yang tinggal atau bekerja di daerah perbatasan hutan. Dalam siklus ini, virus dapat ditularkan dari monyet ke manusia atau dari manusia ke manusia melalui nyamuk. Ini adalah jenis yang paling umum dari wabah di Afrika. 
c.          Tipe demam kuning urban (urban yellow fever). Siklus perkotaan (urban) ini melibatkan penularan virus antara manusia melalui nyamuk, terutama Aedes aegypti. Jenis transmisi dapat menyebabkan epidemi penyakit demam kuning. Misalnya, di Brasil pada tahun 1973, setidaknya 21.000 orang dari 1,5 juta orang terinfeksi virus demam kuning.
Description: demam kuning
Siklus Demam kuning, yang terdiri dari siklus jungle (hutan), siklus perkotaan (urban siklus) dan siklus intermediet (savannah cycle)
Gambar 5

a.    Penyebab Demam Kuning
Penyebaran demam kuning disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang mulanya menggigit penderita penyakit ini, umumnya manusia dan monyet. Nyamuk ini kemudian menularkan demam kuning di antara sesama manusia atau monyet lainnya, atau dari manusia ke monyet, dan sebaliknya. Selain gurun Sahara di Afrika dan area tropis Amerika selatan, atau bahkan pemukiman manusia yang bersih sekalipun, tidak luput dari perkembangbiakan nyamuk ini.
Virus yang akhirnya berdiam dalam kelenjar saliva nyamuk     Aedes aegypti ini kemudian masuk ke aliran darah manusia atau monyet lainnya melalui gigitan dan menyebabkan sakit pada inang baru yang didiaminya. Waspadai senja hingga fajar karena pada waktu-waktu inilah penyebaran virus demam kuning paling banyak terjadi, saatnyamuk Aedes aegypti menjadi sangat aktif.
Description: Yellow fever - alodokter
Gambar 6

b.   Gejala Demam Kuning
Demam kuning menyebabkan demam, sakit kepala, mual, muntah, serta nyeri otot pada penderitanya. Umumnya terdapat tiga tahap infeksi virus demam kuning dengan tahap awal yang cenderung tidak dapat dibedakan dari infeksi virus lainnya, atau bisa juga tanpa gejala. Tahapan awal infeksi dapat berlangsung selama 3-4 hari dan biasanya dimulai 3-6 hari sejak infeksi virus atau sejak gigitan nyamuk terjadi. Gejala lain yang mungkin muncul adalah kehilangan nafsu makan, sensitif berlebihan terhadap cahaya, serta kemerahan pada mata, lidah, dan wajah.
Tahapan kedua adalah tahap remisi, di mana keadaan pasien tampak membaik. Secara umum pasien sembuh di tahap yang berlangsung kurang lebih 2 hari ini. Walau begitu, disarankan untuk tetap diwaspadai karena pada sekitar 15-25 persen pasien dapat memasuki fase ketiga yang lebih berisiko dan dapat berujung kematian.
Pada fase ketiga, waspadai munculnya kerusakan pada organ hati yang dapat membuat warna mata dan kulit menjadi kuning. Selain itu, dapat muncul juga demam yang disertai dengan pendarahan di dalam tubuh, muntah darah, peradangan hati atau hepatitis, serta kerusakan multi organ.
Demam kuning adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui perantara nyamuk. Umumnya terdapat di daerah Amerika Selatan, Afrika, dan Karibia.

c.    Biologi virus demam kuning
              Virus demam kuniang ialah virus RNA kecil yang secara antigen tergolong dalam flvivirus (dahulu, kelompok arbovirus B). Virus ini  erupakan anggota famili Togaviridae.
Togaviridae adalah virus RNA berutasan tunggal dengan bentuk ikosahedral dan terbungkus dalam sampul lemak. Virion ini berdiameter 20 sampai 60 nm, berkembangbiak di dalam sitoplasma sel dan menjadi dewasa dengan membentuk kuncup dari membran sitoplasma.

d.   Sifat patogenisitas demam kuning
Arbovirus mempunyai kemampuan khas untuk berkembangbiak di dalam jaringan vertebrata dan beberapa artrhopoda penghisap darah. Virus-virus ini setelah terinokulasikan ke dalam jaringan inang yang rentan, berkembangbiak dengan cepat dan tidak lama kemudian menyebabkan viremia. Mereka dapat ditemukan setempat dalam suatu organ tertentu, menyebabkan kerusakan jaringan dan terganggunya fungsi organ, dan pada akhrinya menyebabkan kematian inang. Pada demam kuning, kerusakan pada hati mengakibatkan berkembangnya penyakit kunig. Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini kecuali pengobatan untuk menghilangkan gejala dan menguatkan badan.

e.    Diagnosis laboratoris demam kuning
Contoh darah harus diperoleh sedini mungkin; serum yang diperoleh harus dipergunakan untuk mengisolasi virus penyebabnya dan melakukan uji serologis. Usaha untuk mengisolasi virus dengan cara menginokulasikan serum tersebut ke dalam otak tikus yang masih menyusu hanya dapat berhasil selama dua hari pertama sejak terlihatnya penyakit secara klinis. Titer antibodi dari serum penderita akut dan dari penderita yang sedang sembuh dari sakitnya harus dibandingkan untuk melihat naiknya titer antibodi penawar selama masa penyembuhan.

f.     Epidemiologi demam kuning
Virus demam kuning adalah virus RNA kecil yang secara antigenik tergolong dalam flavivirus (dulu kelompok arbovirus B). Virus ini merupakan anggota dari famili Togaviridae. Togavirus adalah virus RNA berutas tunggal dalam bentuk ikosahedral dan terbungkus di dalam sampul lemak. Virion berdiameter 20 sampai 60 nm, berkembangbiak di dalam sitoplasma sel dan menjadi dewasa dengan membentuk kuncup dari membran sitoplasma.
Infeksi yang disebabkan oleh flavivirus sangat khas yaitu mempunyai tingkat keparahan sindrom klinis yang beragam. Mulai dari infeksi yang tidak nampak jelas, demam ringan, sampai dengan serangan yang mendadak, parah dan mematikan. Jadi, pada manusia penyakit ini berkisar dari reaksi demam yang hampir tidak terlihat sampai keadaan yang parah. Masa inkubasi demam kuning biasanya berkisar 3 sampai 6 hari, tapi dapat juga lebih lama. Penyakit yang berkembang sempurna terdiri dari tiga periode klinis yaitu : infeksi (viremia, pusing, sakit punggung, sakit otot, demam, mual, dan muntah), remisi (gejala infeksi surut), dan intoksikasi (suhu mulai naik lagi, pendarahan di usus yang ditandai dengan muntahan berwarna hitam, albuminuria, dan penyakit kuning akibat dari kerusakan hati). Pada hari ke delapan, orang yang terinfeksi virus ini akan meninggal atau sebaliknya akan mulai sembuh. Laju kematiannya kira-kira 5 persen dari keseluruhan kasus. Sembuh dari penyakit ini memberikan kekebalan seumur hidup.
Demam kuning merupakan akibat dari adanya dua daur pemindah sebaran virus yang pada dasarnya berbeda yaitu kota dan hutan (silvatik). Daur kota dipindahsebarkan dari orang ke orang lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Sekali terinfeksi, nyamuk vektor itu akan tetap mampu menyebaban infeksi seumur hidupnya. Demam kuning hutan berjangkit pada hewan liar. Virus demam kuning yang sama ditularkan diantara hewan-hewan tersebut dan kadang-kadang juga terhadap manusia oleh nyamuk selain Aedes aegypti. Ada beberapa nyamuk seperti A. Simponi yang hidup dengan menghisap darah primata yang telah terinfeksi, menyusup ke kebun-kebun desa lalu memindahkan virus tersebut ke manusia. Sekali demam kuning berjangkit di kembali di daerah kota, maka daur kota demam kuning akan dimulai kembali dan kemungkinan akan berkembang menjadi epidemi.

g.    Pencegahan demam kuning 
Demam kuning dapat dicegah dengan melakukan pembasmian nyamuk Aedes aegyptii atau dengan menekan jumlahnya sampai pada taraf yang tidak lagi dapat menyebabkan infeksi secara terus menerus. Namun pengendalian bentuk silvatik tidak praktis karena populasi virus terpelihara karena adanya daur hutan. Walaupun demikian, demam kuning hutan pada manusia dapat dicegah paling efektif dengan cara imunisasi. Vaksinnya merupakan siapan virus hidup yang dilemahkan. Vaksin yang diizinkan untuk diperdagangkan di Amerika Serikat dibuat dari galur 17D yang dikembangkan oleh Max Theiler tahun 1937, pada kultur jaringan dan dibuat di dalam telur berembrio. Vaksinasi dianjurkan untuk orang berusia 6 bulan atau lebih yang berpergian atau tinggal di daerah yang masih dijangkiti infeksi demam kuning.  


3.    Malaria
Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dari manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh protozoa parasit (sekelompok mikroorganisme bersel tunggal) dalam tipe Plasmodium   
    Malaria menyebabkan gejala yang biasanya termasuk demam, kelelahan, muntah, dan sakit kepala. Dalam kasus yang parah dapat menyebabkan kulit kuningkejangkoma, atau kematian. Gejala biasanya muncul sepuluh sampai lima belas hari setelah digigit. Jika tidak diobati, penyakit mungkin kambuh beberapa bulan kemudian. Pada mereka yang baru selamat dari infeksi, infeksi ulang biasanya menyebabkan gejala ringan. resistensi parsial ini menghilang selama beberapa bulan hingga beberapa tahun jika orang tersebut tidak terpapar terus-menerus dengan .
Penyakit ini paling sering ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gigitan nyamuk memasukkan parasit dari air liur nyamuk ke dalam darah seseorang.Parasit bergerak ke hati di mana mereka dewasa dan bereproduksi. Lima spesies Plasmodium dapat menginfeksi dan disebarkan oleh manusia.
Sebagian besar kematian disebabkan oleh P. falciparum karena P. vivax, P. ovale dan  P. malariae umumnya menyebabkan bentuk yang lebih ringan dari malaria. Spesies P. knowlesi jarang menyebabkan penyakit pada manusia. Malaria biasanya didiagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis darah menggunakan film darah, atau dengan uji diagnostik cepat berdasarkan-antigen. Metode yang menggunakan reaksi berantai polimerase untuk mendeteksi DNA parasit telah dikembangkan, tetapi tidak banyak digunakan di daerah di mana malaria umum karena biaya dan kompleksitasnya.





a.    Biologi Parasit malaria

Description: Siklus hidup Plasmodium sp
Gambar 7

Siklus hidup Plasmodium sp.
1.     Nyamuk Anopheles betina yang mengandung sporozoit Plasmodium sp. menggigit manusia, dan meninggalkan sporozoit di dalam jaringan darah manusia.
2.     Melalui aliran darah, sporozoit masuk ke jaringan hati (liver). Sporozoit bereproduksi secara vegetatif (pembelahan biner) berkali-kali, dan tumbuh menjadi merozoit.
3.     Merozoit menggunakan kompleks apeks (ujung sel) untuk menembus sel darah merah (eritrosit) penderita.
4.     Merozoit tumbuh dan bereproduksi vegetatif (pembelahan biner) secara berulang-ulang sehingga terdapat banyak merozoit baru. Merozoit baru ini disebut juga tropozoit. Tropozoit keluar setelah memecah sel darah merah dan menginfeksi sel darah merah lainnya, secara berulang-ulang dengan interval 48 – 72 jam (tergantung pada spesiesnya). Akibatnya penderita mengalami demam dan menggigil secara periodik.
5.     Di dalam jaringan darah, beberapa merozoit membelah dan membentuk gametosit jantan (mikrogametosit) dan gametosit betina (makrogametosit).
6.     Bila nyamuk Anopheles betina lainnya menggigit dan mengisap darah penderita, maka mikrogametosit maupun makrogametosit berpindah dan masuk ke dalam saluran pencernaan nyamuk.
7.     Di dalam saluran pencernaan nyamuk, mikrogametosit tumbuh menjadi mikrogamet, dan makrogametosit tumbuh menjadi makrogamet.
8.     Mikrogamet dan makrogamet mengalami fertilisasi sehingga terbentuk zigot diploid (2n) yang disebut juga ookinet. Peristiwa ini merupakan reproduksi secara generatif.
9.     Ookinet masuk ke dalam dinding usus nyamuk membentuk oosista yang berdinding tebal. Di dalam oosista berkembang ribuan sporozoit.
10. Sporozoit keluar dari dinding usus dan berpindah ke kelenjar ludah nyamuk. Sporozoit akan mengalami siklus yang sama saat nyamuk menginfeksi orang sehat lainnya.

Parasit malaria adalah protozoa yang tergolong dalam kelompok yang dikenal sebagai sporozoa, nama genus nya ialah Plasmodium. Ada empat spesies Plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusai, daur demamnya berbeda-beda menurut spesies yang menyebabkan infeksi itu. Keempat spesies itu ialah Plasmodium falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. Ovale. Plasmodium falciparum menyebabkan bentuk penyakit yang lebih parah. (Sebenarnya malaria disebabkan oleh lebih dari 50 spesies Plasmodium yang berbeda-beda; hanya 4 di antaranya menyerang manusia. Lainnya menyerang beberapa ratus hewan inang lain).



Description: https://image.slidesharecdn.com/caseai-malaria-140527200632-phpapp02/95/malaria-21-638.jpg?cb=1401221966Gambar 8

Spesies Plasmodium mempunyai daur hidup yang rumit, bila seekor nyamuk Anopheles menggigit, maka air liurnya tang mengandung protozoa pada stadia sporozoit dalam daur hidupnya tersuntikkan ke dalamsaluran darah mangsanya. Sporozoit itu dengan cepat masuk ke hati, disitu mereka membelah diri dan berkembang menjadi bentuk bernukleus banyak yang dikenal sebagai skizon. Dalam waktu 6 sampai 12 hari,skizon ini pecah dan melepaskan bentuk yang disebut merozoit ke dalam\aliran darah. Merozoit ini menyerbu sel-sel darah merah inang, lalu tumbuh dan membelah diri di situ untuk membentuk lebih banyak skizon.
Skizon ini juga pecah, merusak butir-butir darah merah dan melepaskan lebih banyak merozoit ke dalam aliran darah untuk menyerang lebih banyak lagi sel drah merah. Gejala utama malaria berkaitan dengan pecahnya skizon.
Beberapa dari merozoit aseksual di dalam aliran darah penderita berkembang menjadi gametosit jantan dan betina. Bila seekor nyamuk menggigit, maka gametosit masuk ke dalam perut nyamuk dan di situ menjadi gamet jantan dan betina yang bebas. Setelah terjadi pembuahan, zigot yang terbentuk lalu keluar melintasi lapisan perut, di situ berkembang menjadi oosita yang mengandung banyak sporozoit. Sporozoit dewasa pindah ke kelenjar ludah, dari situ disuntikkan ke dalam aliran darah mangsa yang lain, untuk  memulai lagi daur tersebut.

b.   Sifat Patogenesis malaria
Pada malaria, penyakit itu secara khusus disebabkan oleh daur eritrositik aseksual. Pecahnya butir-butir darah merah terinfeksi pada waktu selesainya skizogoni terdapat 48 jam pada P. vivax dan P. ovale dan setiap 72 jam pada P. malariae. Bertepatan dengan timbulnya rasa menggigil dan gejala-gejala lain. Namun terjadinya skizogoni dan serangan panas dingin yang hebat secara serempak ataupun bertepatan tidaklah umum pada infeksi oleh P. falciparum. Penglepasan pirogen endogenus dari sel yang terlukai mengkin merupakan penyebab hebatnya demam.
Laju kematian yang tinggi karena malaria falciparum sebagian disebabkan oleh tingginya laju reproduksi bentuk eritrositik aseksual parasit tersebut. Urat-urat darah halus dan kapiler pada jantung tersumbat oleh eritrosit yang terserang parasit; keefektifan aliran darah koroner dan fungsi jantung menjadi berkurang.
Kemoterapi yang dilakukan untuk menekan gejala malaria pada individu atau untuk menyembuhkan infeksi tersebut secara tuntas. Pengobatan serangan akut dilakukan dengan menggunakan klorokuin untuk semua jenis malaria kecuali infeksi falciparum yang tahan obat. Yang terakhir ini harus diobati  dengan kombinasi kina, perimetamin, dan salah satu sulfonamide.

c.    Diagnosis laboratoris malaria
  Gejala-gejala khas malaria serupa dengan gejala-gejala berbagai
infeksi manusia yang lainnya. Oleh sebab itu diagnosis yang pasti mengenai penyakit ini di lakukan di laboratorium dengan cara mempertunjukan adanya parasit pada olesan darah penderita. Uji antibodi-fluoresen tak langsung dan hemaglutinasitak langsung dipakai di dalam diagnosis serologis malaria, tetapi antibodi biasanya tidak terdeteksi sampai sesudah minggu kedua infeksi.


d.   Epidemiologi malaria
Menurut WHO (2005), malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di lebih dari 100 negara. Sementara menurut Kemenkes RI (2011), jumlah penderita malaria di dunia diperkirakan sekitar 3 00-500 juta kasus klinis setiap tahun. Di Indonesia malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu penyebab kematian terutama pada kelompok resiko tinggi seperti bayi, balita dan ibu hamil. Annual Parasite Incidence (API) malaria pada tahun 2009 sebesar 1,85‰ engan angka kematian sebesar 3,4%. Sekitar 70% penduduk Indonesia diperkirakan tinggal di daerah endemis malaria.
Menurut Noviyanti (2010), malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium yang ditularkan lewat nyamuk Anopheles sp. Terdapat empat jenis Plasmodium yang menginfeksi manusia yakni Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium falciparum. P. falciparum merupakan spesies yang paling berbahaya dan menyebabkan tingginya angka kesakitan dan kematian (1juta pertahun). Sementara menurut Sutanto dan Pribadi (2008), malaria adalah penyakit infeksi parasit genus Plasmodium yang menyerang eritro sit dan ditularkan oleh vektor nyamuk Anopheles betina. Dari sekitar 400 spesies nyamuk Anopheles telah ditemukan 67 spesies yang dapat menularkan malaria dan 24 diantaranya ditemukan di Indonesia. Selain oleh gigitan nyamuk, malaria dapat ditularkan secara langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar darah serta dari ibu hamil kepada bayinya.
Senada dengan hal diatas, menurut Harijanto P.N. (2000), malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusidarah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya.
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai malaria tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P. ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum menyebabkan malaria falciparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat menyerang eritro sit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh.
Penyebaran penyakit malaria ditentukan oleh faktor-faktor host, agen dan lingkungan. Lingkaran hidup Plasmodium sangat kompleks dan melibatkan faktor parasit itu sendiri, faktor pejamu (host), faktor sosial dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait dan menentukan manifestasi klinis malaria yang bervariasi mulai dari yang paling berat yakni malaria komplikasi, malaria ringan tanpa komplikasi dan yang paling ringan yaitu infeksi asimtomatik (Miller et al., 2002). Manifestasi klinis malaria ringan umumnya dapat berupa demam yang intermiten, anemia dan spenomegali. Manifestasi klinis tersebut sering didahului gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, anoreksia, diare ringan, lesu, malaise, dan terkadang rasa dingin di punggung. Manifestasi klinis ini sangat bervariasi pada tiap daerah karena dipengaruhi oleh strain Plasmodium, imunitas tubuh penderita dan jumlah parasit yang menginfeksi (Nugroho, 2008).
Menurut Chin (2000), penyebaran P. vivax adalah yang terluas dibandingkan dengan yang lain. Kasusnya muncul di berbagai zona temperatur yang berbeda meliputi daerah tropis dan subtropis P. falciparum merupakan spesies yang sering muncul di daerah beriklim tropis dan subtropis meskipun mungkin muncul juga di daerah yang bersuhu panas.




e.    Pencegahan malaria
Metode yang digunakan untuk mencegah malaria termasuk obat-obatan, eliminasi nyamuk dan pencegahan gigitan. Tidak ada vaksin untuk malaria. Kehadiran malaria di suatu daerah membutuhkan kombinasi dari kepadatan tinggi populasi manusia, kepadatan populasi nyamuk anopheles tinggi dan tingginya tingkat penularan dari manusia ke nyamuk dan dari nyamuk ke manusia. Jika salah satunya diturunkan cukup, parasit akhirnya akan menghilang dari daerah itu, seperti yang terjadi di Amerika Utara, Eropa dan bagian dari Timur Tengah. Namun, kecuali parasit dieliminasi dari seluruh dunia, parasit bisa kembali lagi jika kondisi kembali ke kombinasi yang menguntungkan reproduksi parasit. Selanjutnya, biaya per orang untuk menghilangkan nyamuk Anopheles meningkat dengan menurunnya kepadatan penduduk, sehingga secara ekonomi tidak layak di beberapa daerah.
Pencegahan malaria mungkin lebih hemat biaya daripada pengobatan penyakit dalam jangka panjang, tetapi biaya awal yang diperlukan berada di luar jangkauan banyak orang termiskin di dunia. Ada perbedaan luas dalam biaya program kontrol (yaitu pemeliharaan endemisitas rendah) dan eliminasi antar negara. Misalnya, di Tiongkok—yang pemerintahnya pada 2010 mengumumkan strategi untuk mengejar eliminasi malaria di provinsi-provinsi Tiongkok-investasi yang dibutuhkan adalah sebagian kecil dari pengeluaran pemerintah untuk kesehatan. Sebaliknya, program serupa di Tanzania akan biaya sekitar seperlima dari anggaran kesehatan masyarakat.
Di daerah di mana malaria adalah umum, anak-anak di bawah lima tahun sering mengalami anemia yang kadang-kadang dikarenakan malaria. Memberikan obat pencegahan antimalaria kepada anak-anak dengan anemia di daerah ini meningkatkan kadar sel darah merah sedikit tetapi tidak memengaruhi risiko kematian atau kebutuhan untuk rawat inap.



BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Atropoda tidak hanya penularan mekanis penyakit, tetapi juga merupakan vektor biologis, karena mikrobe patogenik yang ditularkannya berinkubasi dan berkembang ke dalam diri mereka. Terdapat sejumlah besar penyakit yang ditularkan oleh artropoda, mereka menyerang berjuta-juta manusia dan tersebar luas di seluruh muka bumi.
B. Saran
Dengan mengetahui penyakit penyakit yang dapat disebabkan oleh arthropoda sebagai vektor penyakit maka diharapkan kita dapat lebih sadar dalam menjaga kesehatan agar tidak terjangkiti oleh penyakit tersebut.



















DAFTAR PUSTAKA

J. Michael, Pelczar, dkk. 2009. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 2. Jakarta: UI Press
ttps://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/dian-nugraheni078114140.pdf


Mungkin Kamu Tertarik untuk Melihat Artikel Lainnya

MARI SEJENAK MENGENAL MAHKOTA DEWA